ANALISIS
KOMPARASI INDONESIA, HONGKONG, CHINA,
INGGRIS DAN AMERIKA
Globalisasi menjadikan dunia seperti tanpa batas dan
mempengaruhi berbagai aspek termasuk akuntansi. Akese informasi semakin mudah
dilakukan antar negara dan berpengaruh mendasar pada pergerakan informasi. Hal
ini memungkinkan komunikasi yang intens di antara penduduk dunia (global citizens).
Kecenderungan meningkatnya globalisasi di bidang ekonomi semakin tampak dengan
adanya kesepakatan-kesepakatan antar beberapa negara dalam region tertentu
untuk bergabung dalam sebuah organisasi yang berorientasi ekonomi seperti Uni
Eropa (EU), AFTA dan NAFTA, Multi
National Company (MNC). Semakin marak dan beroperasi di berbagai negara dengan
bermacam standar laporan keuangan. Hal ini disebabkan tiap-tiap negara
mempunyai standar akuntansi yang berbeda dengan negara lain sehingga
konsekuensi dari interaksi International ini terhadap akuntansi adalah
diperlukannya suatu standarnisasi atau aturan umum yang dapat dipakai di
seluruh dunia.
Kebutuhan akan standar akuntansi yang berlaku secara Internasional
yang mendasari munculnya organisasi
bernama International Standard Committee (IASC). Serangkaian gerakan lebih
dilakukkan sejak 1973 oleh IASC. IASC yang kemudian berubah menjadi
International Accounting Standard Board (IASB) pada tahun 2001 bertujuan untuk
mengembangkan suatu standar akuntansi yang berkualitas tinggi dan dapat
diterapkan secara global. IFRS (International Financial Reportting Standards)
menjawab tantangan bagaimana pelaporan keuangan harus dilakuakan. Arus besar dunia
sekarang ini sedang menuju ke dalam satu standar pelaporan. Satu per satu
negara di dunia saat ini mulai mengadopsi IFRS. Ikatan Akuntansi Indonesia
(IAI) sebagai organisasi yang berwenang dalam membuat standar akuntansi di
Indonesia sejak 1994 telah melaksanakanprogram adaptasi dan harmonisai standar
akuntnsi Internasional IFRS.
Pada saat ini
kesepakatan kerja sama antar negara sangat berpengaruh terhadap pasar modal
dunia, sehingga terjadi pola investasi dari pola official development
assistance (ODA ) dan foreign Direct Investment (FDI) ke pola portofolio.
Seperti diketahui arus investasi melalui official development assistance (ODA )
dan foreign Direct Investment (FDI) umumnya menggunakan sarana pemerintah yang
disebut sebagai sovereign borrowers, atau melalui kedaulatan wilayah yang
disebut sovereign borders. Sedangkan investasi portofolio, terutama dalam
bentuk saham atau sekuritas umumnya bersifat private dan tidak mengenal batas
kedaulatan suatu negara. Aliran dana akan mudah keluar masuk ke dalam suatu
negara, dan hanya mempertimbangkan efisiensi pasar dan iklim yang kondusif bagi
tumbuhnya investasi.
Konsekuensinya tentu
saja dengan kemunculan persaingan antar negara dan terintegrasinya pasar-pasar
modal di dunia, integrasi akan membawa dampak terhadap suatu negara, baik itu
negatif maupun positif. Salah satu contoh
dampak buruk dengan adanya integrasi pasar modal terjadi Pada
pertengahan tahun 2007, Amerika Serikat dilanda krisis subprime mortgage dan
memuncak pada September 2008, yang ditandai dengan pengumuman kebangkrutan
beberapa lembaga keuangan. Awal mula masalah tersebut terjadi pada periode
2000-2001, saat saham-saham perusahaan dotcom4 di Amerika Serikat
kolaps, sehingga perusahaan-perusahaan yang menerbitkan saham tersebut tidak
mampu membayar pinjaman ke bank. Untuk mengatasi hal tersebut, The Fed (Bank
Sentral AS) menurunkan suku bunga. Suku bunga yang rendah dimanfaatkan oleh
para perusahaan developer dan perusahaan pembiayaan perumahan.
Rumah-rumah yang dibangun oleh developer dan dibiayai oleh perusahaan
pembiayaan perumahan adalah rumah-rumah murah, dijual kepada kalangan
berpenghasilan rendah yang tidak memiliki jaminan keuangan yang memadai. Dengan
runtuhnya nilai saham perusahaan-perusahaan tersebut, bank menghadapi gagal
bayar dari para debiturnya (developer dan perusahaan pembiayaan
perumahan).
Stabilitas keuangan perusahaan ada kaitannya dengan
kesehatan suatu perekonomian. Semakin sehat sktor keuangan di suatu negara ,
maka akan sehat pula perekonomiannya demikian sebaliknya. Dengan demikian
perkembangan sektor keuangan, termasuk di dalamnya pasar modal, merupakan salah
satu indikator yang perlu diperhatikan untuk menjaga kesehatan atau kestabilan
perekonomian. Pergerakan harga saham, obligasi, dan sebagainya di pasar modal
suatu negara disebabkan oleh persepsi investor terhadap kondisi pasar modal
tersebut. Persepsi ini pada akhirnya akan mempengaruhi dana investasi yang
masuk ke negara tersebut, sehingga mempengaruhi keadaan perekonomian negara yang
bersangkutan. Hal tersebut bukan hanya terjadi di Amerika Serikat, namun juga
melanda Eropa dan Asia, termasuk Indonesia.
Krisis mempuntai pengertian yang luas, menurut Harberler
krisis diartikan :”Penyimpangan kegiatan ekonomi yang menyolok dan merupakan
titik awal gerak kegiatan ekonomi yang menurun/down-turn atau upper turning
point”.(James Arthur Estey.1960:65). Terintegrasinya dunia, pergeseran nilai
yang terjadi di internal suatu kawasan tampak akan berpengaruh kepada
negara-negara lain di dunia yang melakukan perdagangan Internasional. Runtuhnya
supremasi Amerika Serikat yang kini terancam resesi, dimungkinkan akan
berdampak terhadap ekonomi negara-negara lain di dunia. Amerika adalah negara
adi daya (super power) yang memiliki kekuatan ekonomi terkuat di dunia, dan
memberikan kontribusi sekitar 20-30% dari perputaran ekonomi dunia. Ekonomi
Amerika Serikat memiliki PDB (pendapatan Domestik Bruto) sebesar US $13,1
triliun, setara 20% dari PDB dunia pada tahun 2007. PDB Amerika Serikat naik
pada kuartal ke tiga sebesar 4,9%, bahkan masih memiliki daya beli konsumen
yang tinggi (IKK 90,6), ternyata tidak mampu menopang ekonominya akibat krisis
kredit pada pasar mortgage senilai US $1,8 triliun. Amerika Serikat mengalami
penurunan ekonomi dan menghadapi pesaing baru, China dan India, namun tetap
saja masih berpengaruh kuat dalam percaturan ekonomi dunia.
Indeks Dow Jones juga berpengaruh terhadap pajak
perdagangan Internasional (PPI). Penurunan DJI akan menyebabkan likuditas USD
di pasar domestic Amerika Serikat menurun sehingga mempengaruhi daya beli dan
ekspor Indonesia ke Amerika. Berdasarkan data yang di dapatkan dari website
Badan Pusat Statistik, nilai ekspor Indonesia ke Amerika Serikat dari tahun 2008
ke 2009 menurun sebesar USD 2 Triliun. Menurunnya nilai ekspor tersebut akan
membuat nilai PPI ikut turun. Pada bulan
ke 19 PPI mulai naik, eksportir mulai melirik negara tuhuan ekspor selain
Amerika Serikat dan sekitarnya. Selain itu, kenaikana PPi juga disebabkan oleh
meningkatnya impor.

Pasar
modal yang terintegrasi sepenuhnya, artinya tidak ada hambatan apapun untuk
memilki sekuritas disetiap pasar modal, dan juga tidak ada hambatan dalam
capital inflow/outflow yang akan menciptakan biaya modal yang lebih rendah dari
pada pasar modal yang tidak terintegrasi. Hal ini disebabkan karena pemodal
bisa melakukan diverifikasi investasi dengan lebih luas (antar negara). Karena
resiko yang relevan bagi pemodal hanyalah resiko yang tidak bisa dihilangkan
dengan diversifikasi semakin menarik diversifikasi internasional bagi pemodal.
Obtsfeld,1994 dalam Arfinto, 2004:hal.2.
Pada Tahun 2013 pertumbuhan ekonomi global mengalami revisi menurun oleh
International Monetary Fund (IMF), dalam satu tahun terakhir, proyeksi
pertumbuhan ekonomi telah direvisi menurun sebanyak empat kali. Pertumbuhan
ekonomi global tahun 2013 pada awalnya diperkirakan mencapai 3,9 persen pada
World Economic Outlook (WEO) Juli 2012 berubah menjadi 3,3 persen dalam World
Economic Outlook (WEO) april 2013.revisi tersebut dilakukan setelah melihat
perkembangan ekonomi dunia yang belum menunjukan adanya perbaikan yang bearti.
Penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia tersebut didorong oleh penurunan
kinerja ekonomi dikawasan Eropa dan negara maju. Ekonomi Eropa yang awalnya
diperkirakan akan tumbuh positif 0,7 persen pada tahun 2013 direvisi menjadi
negative 0,3 persen, demikian pula, negara maju lain seperti Amerika Serikat
juga mengalami revisi
Pertumbuhan dari 2,3 persen menjadi 1,9 persen.
Berbagai upaya kebijakan stimulus, khususnya melalui pelonggaran likuiditas
akan dilakukan oleh negara-negara maju. Dampak perlambatan ekonomi di
negara-negara maju berimbas pada perkembangan ekonomi negara-negara berkembang.
Pelemahan pertumbuhan ekonomi negara maju membuat permintaan terhadap ekspor
negara ikut menurun, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi secara negatif
kinerja perekonomian negara berkembang. Kondisi perekonomian kawasan Eropa yang
masih belum pulih dan pengaruh negara-negara maju telah menyebabkan penurunan
daya beli dan permintaan ekonomi dunia. Penurunan permintaan ekonomi dunia
secara keseluruhan akan diiringi oleh penurunan volume perdagangan dunia.
|
Perkiraan pertumbuhan impor negara maju untuk tahun 2013 dari 4,2 persen menjadi sebesar 2,2 persen, sementara
pertumbuhan ekspor turun dari 4,3 persen menjadi 2,8 persen. Hal ini yang
terjadi di negara-negara berkembang, dimana pertumbuhan impor awalnya diperkirakan mencapai 7,0 persen
turun menjadi 6,2 persen dan untuk pertumbuhan ekspor turun dari 6,2 menjadi
4,8 persen di tahun 2013. Melemahnya pertumbuhan volume perdagangan dunia
berdampak pada turunnya permintaan terhadap komoditas ekspor Indonesia.
Pertumbuhan total impor mitra dagang Indonesia mengalami penurunan dalam dua
tahun terakhir. Pertumbuhan total impor China dan jepang tahun 2012
masing-masing hanya sebesar 4,3 persen dan minus 6,6 persen, jauh dibawah pertumbuhan tahun
sebelumnya di atas 20 persen.
Sementara itu, Amerika Serikat yang merupakan importer terbesar di
dunia, pada tahun 2012 pertumbuhan impornya hanya berada pada kisaran 3,0
persen, jauh menurun bila dibadingkan dengan tahun-tahun sebelumnya yang tumbuh
di atas 15 persen. RAPBNP Kemenkeu, 2013. hal. 2-4. dengan melihat
volume perdagangan dunia, sampai pada saat ini perekonomian dunia masih
terintegrasi satu dengan yang lain, pada akhirnya stabilitas keuangan juga
mengalami fluktuasi mengikuti perkembangan negara-negara maju, kesehatan suatu
perekonomian dunia erat hubungannya dengan perekonomian regional, dengan
demikian termasuk di dalamnya pasar modal. Akan tetapi pada tahun
2013 menurut Laporan Triwulan I Tahun 2013 oleh Otoritas Jasa Keuangan Bursa
Efek Indonesia berhasil mencapai indeks terbaik ketiga setelah bursa jepang dan
philipina, pasar modal mampu menghindari kondisi perekonomian dunia yang pada
tahun 2013 masih menurun dibandingkan pada tahun 2012.
Berdasarkan
komposisi kepemilikan efek yang tercatat dalam penitipan kolektif Kustodian
Sentral Efek Indonesia, nilai kepemilikan saham oleh pemodal lokal pada
triwulan I tahun 2013 mencapai Rp 1.249,42 triliun atau persentasenya sebesar
41,36% dari total nilai saham. Persentase nilai kepemilikan saham tersebut
lebih tinggi dibandingkan dengan posisi di triwulan I tahun 2012 yang besarnya
adalah 40,97%. untuk itu penting untuk tetap meningkatkan peran investor
domestik karena melalui Pasar modal merupakan salah
satu penggerak perekonomian suatu negara dan pasar modal merupakan sarana
pembentuk modal dan akumulasi dana jangka panjang yang diarahkan untuk
meningkatkan partisispasi masyarakat dalam penggerakan dana guna menujang
pembiayaan pembangunan nasional. Selain itu, pasar modal juga merupakan representasi
untuk menilai kondisi perusahaan-perusahaan disuatu negara.
Sejalan
dengan perkembangan perekonomian global, kegiatan usaha antar Industri Jasa
Keuangan akan semakin terintegrasi dengan ditandai semakin kaburnya batasan
produk-produk yang dihasilkan. Selain itu, konglomerasi usaha jasa keuangan dan
kemajuan inovasi keuangan yang melahirkan berbagai produk keuangan yang semakin
kompleks juga menciptakan peluang bagi Pasar Modal untuk semakin meningkatkan
perannya sebagai penggerak perekonomian nasional yang tangguh dan berdaya saing
global. Pada tahun 2013 dalam laporan Departemen Keuangan
Bappepam menyatakan perkembangan perdagangan efek pada tahun 2013 dilihat dari
faktor eksternal, perlambatan ekonomi global berdampak pada penurunan kinerja
bursa efek dikawasan regional maupun global. pelemahan indiKator perekonomian
pada indeks harga saham gabungan terkoreksi dan bergerak fluktuatif.
|
DAFTAR PUSTAKA
1.
Sihono Teguh, April 2009, Dampak Krisis
Finansial Amerika Serikat terhadap Perekonomian Asia, Jurnal Ekonomi &
Pendidikan Volume 6 Nomor 1
2.
Nezky Mita, 2013, Pengaruh Krisis
Ekonomi Amerika Serikat Terhadap Bursa Saham Dan Perdagangan Indonesia, Buletin
Ekonomi Monster dan Perbankan
3.
Fauziah Ella Fitri, Murhasito, 2005,
Exposure Translasi Akuntansi Perkembangan Dan Dampaknya Bagi Negara-Negara Asia
, Jurnal Dinamika ekonomi dan Bisnis Vol 2 No.1
4.
Rahamis Yulein, 2014, Analisis Komparasi
Kinerja Pasar Modal Di Indonesia, Hongkong, China, Inggris Dan Ameika, Jurnal Bisnis
dan Mnajemen Vo.2 No.3 20140-87-104.
5.
Pangemanan Franklin Jethro, Maret 2015 ,
Perbandingan Kinerja Keuangan Pada PT. Bank Mandiri Tbk, PT. Bank Central Asia
Tbk, dan PT. Bank CIMB Niaga Tbk. Menggunakan Rasio Keuangan. Jurnal Emba Vol.
3 No. 1
6.
Sianipar Glory A.E.M, 2013, Analisis
Komparasi Kualitas Informasi Akuntansi Sebelum Dan Sesudah Pengadopsian Penuh
IFRS Di Indonesia, Skripsi Universitas Diponogoro Semarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar